Sunday, November 1, 2009

4. Sisir Suka-Suka Perubah Penampilan

Willy punya banyak teman karena dia anak yang baik hati. Tapi menurut dia sendiri sih karena tampangnya OK dan di atas rata-rata. Nah, besok dia akan merayakan ulang tahunnya yang kesepuluh. Dan teman-temannya menyambut pesta kecil itu penuh suka cita. Bahkan mereka menyanggupi dress code yang diajukan Milly, sahabat karibnya. Yaitu penampilan ala penyihir cilik.

Sayang, justru Milly sendiri yang tampak sedikit bermasalah dengan penampilannya. Jubah OK, tapi rambutnya?
Milly berbicara pada bayangannya sendiri di cermin, “hmmm, warna rambut pirang, ikal, agak mengembang seperti bolu kukus. Cocok dengan kulitku yang semerah susu strawberry… tapi serasa mirip seseorang ya? Mungkin coba model lain, deh!”

Dia baru saja teringat dengan Sisir Suka-Suka pemberian si Petung. Dia sisirkan perlahan ke rambutnya dengan bunyi criiing.

“Wow… rambut lurus, hitam, panjang… tapi aneh. Terlalu pucat, jelek pula. Ganti ah!”
Criiing.

“Woooaaa… kribo!!! no way! Aku kan harus pakai topi, nggak bisa-nggak bisa!”

Kemudian dia terus merubah model rambutnya suka-suka, sangat berisik dengan bunyi criiing-criiing banyak sekali. Mulai dari model rambut mirip jamur, mohawk, gimbal ala rastafarian, berbagai model tahun 70, 80, 90-an, model furistik… sampai yang terakhir, kepala tanpa rambut alias botak mengkilat. Tampaknya belum ada satupun yang mengena di hati. Dan saking emosinya, ternyata dia melupakan sesuatu.

“Huh… cape deh—tunggu!” katanya pada diri sendiri. “Willy bilang, Sisir Suka-Suka bisa habis sesuai dengan jumlah jari-jari sisir. Oh tidaaak…! Tinggal satu!!!”

Muka Milly mendadak merah padam. Dia tidak tahu model apa yang masih tersisa. Karena seandainya yang terakhir tidak sesuai, maka pilihannya adalah model botak mengkilat.
“Oh Petung… berikanlah kekuatan!” batinnya berteriak.

Dengan tangan bergetar, dia menempelkan ujung Sisir Suka-Suka ke kulit kepalanya. Matanya terpejam, tidak kuat menyaksikan model rambut selanjutnya. Tidak ada yang terjadi, wajah Milly mulai meringis ketakutan. Sungguh… ini gawat!

Tapi tiba-tiba kulit kepalanya mulai gatal dan seperti ada yang mau keluar dengan bunyi criiing. Rambutnya kini mirip seperti tanduk-rusa-jambul-merah…

Millypun menyesal karena tidak menerima penampilan apa adanya. Dan akhirnya dia harus menghadiri pesta Willy memakai rambut wig esok hari.

No comments:

Post a Comment