Thursday, November 19, 2009

BAB 5. Sang Pewaris

Setelah berdiam cukup lama, Kakek Holle menoleh dan mengangkat tangannya menghadap jendela yang langsung tertutup detik berikutnya.

“Sudah subuh,” katanya kembali menoleh ke Villael. Sambil mengangkat batu bulat yang sudah kembali dalam genggamannya, dia melanjutkan, “nanti pagi, Panglima Mozilla akan mengajarkan bagaimana menggunakan batu ini untuk membuka atau menutup pintu dan jendela, bukan?”

“Benar,” jawab Villael.

Tapi dia tidak beranjak dari duduknya. Matanya terpancang mengikuti gerakan meja seperti pada saat Kakek Holle mengetuk dan mengeluarkan kotak berisi belati. Ada perasaan yang sangat sulit untuk diabaikan saat itu. Keinginan untuk memiliki dan padanya-lah dia ingin berlindung dari ancaman Doggoll. Meski harus sedikit merendahkan dirinya, toh dia masih ingat betul bagaimana belati itu menyelamatkannya berulangkali saat diskaratt.

“Kakek Holle,” katanya setelah memutuskan untuk bertanya, “apa itu artinya, bahwa belati itu bisa membinasakannya?”

“Kita tidak akan membicarakan bagaimana caranya membinasakan Doggoll,” jawab Kakek Holle.

Meskipun nada bicaranya masih cukup tenang, tapi Villael bisa mendengar penekanan yang dipaksakan pada kata “tidak”. Dan pernyataan itu membuatnya ingin tahu lebih banyak, hingga dia tetap bergeming di atas kursinya. Berusaha menghindari tatapan mata Kakek Holle yang berkilat beberapa kali, kedua kaki Villael secara misterius kesemutan dan harus menundukkan kepala untuk meremas betisnya.

Tentu saja Kakek Holle menyadari koneksinya terputus saat jeda cukup lama ketika menyimpan belati ke tempatnya semula.

“Istirahatlah,” katanya, yang lebih terdengar seperti memerintah. “Belum saatnya, kukir—”

“—Tapi ini mendesak!” potong Villael yang sama sekali tidak berniat menaikkan intonasi suaranya, “maksudku, Anda percaya dengan ancaman Doggoll, dan bukankah mempertimbangkan belati ini sebagai satu-satunya cara untuk membunuhnya cukup masuk akal?”
“Dan bukankah sudah jelas!” kata Kakek Holle, berdiri dan membelakangi Villael. “Setidaknya aku lebih tahu daripada apa yang kaupikirkan Villael, bahwa belati ini, sekali lagi, bukan untuk membunuh tapi untuk mempertahankan diri dari serangan.”

“Tapi itu sebelum, sebelum belati ini menyerap kekuatan hitamnya.”

Villael mulai gelisah hingga harus mendebat dan mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya, paling tidak ada sesuatu yang membuatnya lupa bahwa dirinya sedang dalam ancaman besar.

“Lalu kaukira aku sanggup membunuhnya setelah seumur hidup berlatih, mencaritahu kelebihan dan kelemahan Doggoll?” kata Kakek Holle agak marah. Meninggalkan ketenanganya, dia berbalik badan dan mengisyaratkan bantahan dengan jari telunjuknya. “Tidak! Tidak cukup dengan bertambahnya kekuatan kita, karena saat itu kekuatan Doggoll bertambah sepuluh kali lipat!”

“Jadi, tidak ada yang bisa kita lakukan?” tanya Villael menantang.

“Kita hanya berharap perlindungan Zetya tetap berfungsi semestinya,” kata Kakek Holle. “Selebihnya, kita tetap berlatih seperti biasa hingga kau dan yang lainnya siap mengikuti ujuan sesungguhnya enam bulan ke depan, menjadi prajurit Magmorian.”

“Tidak!” teriak Villael serba salah. “Maksudku, kita berlatih, tapi kita tidak bisa selamanya mengandalkan perlindungan Zetya.”

“Villael, perlindungan ini telah menyelamatkan kelangsungan keturunan Zetya, hingga detik ini.”

“Kurasa, tidak setelah Doggoll berhasil membangun pasukan Shadyzo.”

Suasana berubah hening. Villael merasa, kali ini dia berhasil membuat Kakek Holle berfikir, setidaknya dia menduga demikian, bahwa kemungkinan perlindungan Zetya jebol akan langsung mengakhiri keturunan Zetya tidak lama lagi, hanya menghitung sampai kapan gerhana matahari akan terjadi.

“Baiklah,” kata Kakek Holle akhirnya. “Tidak bijaksana seandainya aku masih berpura-pura seolah itu bukan ancaman serius. Ya… pasukan Shadyzo bias menembus pertahanan kita.”

No comments:

Post a Comment