Badan si Petung memar-memar dan pegal semua. Goresan dan luka cakaran di wajahnya kelihatan parah. Jalannya juga jadi pincang dan goyang-goyang. Willy menduga si Petung baru saja berkelahi dengan hewan buas. Tapi si Petung tampak berseri-seri. Seperti tidak terjadi apa-apa. Kenapa ya?
Milly menangis tersedu-sedu, membuat Willy jadi bingung harus berbuat apa. Soalnya, Willy kebetulan tidak membawa sapu tangan. Jadi dia menawarkan taplak meja, tapi Milly menolak karena bau apak. Ya sudah kalau tidak mau, pikir Willy.
Sementara itu, Arnold malah tidak peduli. Dia sedang asik dengan benda di tangannya. Arnold bahkan sering menciumi dan menjilati benda yang seperti batu bata berlumut itu. Dia bilang baunya seperti comberan dan rasanya asin.
“Petung, apa yang terjadi?” tanya Willy yang sudah menyerah menghentikan tangisan Milly.
“Oh, tidak apa-apa,” jawabnya. “Petung habis mengobati aja. Soalnya ada yang sakit di Hutan Larangan.”
“Tapi kenapa bisa separah ini?” tanya Milly cegukan.
Si Petung malah tertawa geli. Willy dan Milly saling pandang heran.
“Raksasa di hutan sedang sakit gigi,” jawab si Petung enteng.
Milly melompat kaget dan memeluk Willy. Willy jadi salah tingkah.
“Sudah-sudah. Yang penting kan Petung selamat,” kata Willy. “Lepasin pelukannya dong. Kan malu dilihatin Petung?!”
Wajah Milly merona merah dan kesal karena Willy terlalu jujur.
“Petung! Lain kali jangan mengobati raksasa,” nasehat Milly kesal. “Berbahaya!”
“Tapi, kan, Petung dapat imbalan yang setimpal, Milly?” jawab si Petung bandel.
“Iya! Muka Petung jadi bonyok!” teriak Milly sambil membuang muka ke arah tong sampah di sebelah pintu masuk.
Akhirnya si Petung minta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi lagi. Tidak akan mengobati raksasa yang sedang sakit gigi.
“Ngomong-ngomong soal imbalan,” kata Arnold ikut nimbrung. Tangannya masih memeluk batu bata berlumut. “Emangnya si raksasa kasih apa, Petung?”
“Oh, dia kasih Petung giginya yang tanggal.”
“O,” jawab Arnold, mulutnya membentuk terowongan kereta.
“Lalu itu apa?” tanya Willy menunjuk tangan Arnold.
“Ya, gigi si raksasa itu,” jawab si Petung bangga.
Arnold langsung melempar gigi raksasa itu sambil marah-marah. “Iyaaak!!! Kenapa nggak ada yang bilang!!!”
“Makanya, kalau jenguk orang sakit jangan sibuk sendiri, tau?” nasehat Milly yang sudah bisa mengikik ceria.
No comments:
Post a Comment